Friday, January 23, 2009

Perjalanan menuju pulang

Sore kmarin dikala saya beranjak pulang kantor, sepert biasa saya menyetop sebuah bis yang kerap lewat di depan kantor saya. Lantas apa bedanya dengan perjalanan2 pulang kantor sebelumnya? yang membedakan adalah bis yang saya tumpangi kali ini adalah full music. musik yang diputar dari VCD player + layar TV yang dapat ditonton oleh seluruh penumpang bis.

Sbetulnya bis semacam ini sudah banyak saya temui, saya pun sudah beberapa kali naik bis seperti ini dan saya anggap biasa2 saja. Musik yang diputar menjadi biasa2 saja karena saya kerapkali mengabaikan dan terlalu asik dengan kesibukan sendiri. Namun sangat berbeda dengan perjalanan saat pulang kantor kmarin, lagu yang diputar menjadi penghibur disela macet dan crowded nya jalan. Saya pun lama kelamaan jadi menikmati lagu yang diputar oleh sang bapak sopir tersebut, meskipun sebetulnya saya kurang suka dengan lagunya. Tapi kalo lama2 didengar enak juga, hehehe...lumayan lah dari pada bete gak ada kerjaan. Jadilah akhirnya saya terhanyut oleh lagu-lagu yang dibawakan oleh ST12.

Ditengah2 asiknya mendengarkan lagu, tiba2 datang 3 orang pengamen (saya pikir sih lebih mirip preman) . Dua orang laki2 dan 1 orang perempuan yang bergaya pakaian ala anak Punk. Perjalanan pun mulai terusik ketika salah satu dari pengamen itu mulai membawakan prolog yang agak mengintimidasi, lebih mirip orang sedang malak ketimbang minta sumbangan untuk mengamen.

Kemudian satu orang mulai memainkan gitar, sedangkan 2 lainnya hanya menepuk tangan sambil bernyanyi dengan suara keras dan fals. lirik lagunya pun gak jauh2 dari mengkritik dan memaki-maki para pejabat dan koruptor. Usai bernyanyi mulailah satu orang menadahkan tangannya satu persatu ke para penumpang. Jika ada penumpang yang tidak memberi kerapkali pengamen tersebut memberi umpatan langsung di depan penumpang tersebut, termasuk kepada ke seorang ibu yang sedang asik menerima telepon.
saya sendiri malas memberikan uang meskipun di dalam tas saya ada recehan. Entah mengapa saya merasa enggan memberikan uang kepada orang2 smacam mereka. Saya lebih senang memberikan uang kepada pengamen yang suaranya enak didengar atau membawakan tembang2 kenangan yang mengingatkan saya pada sesuatu, atau pengamen itu membawakan lagu favorit saya. Ya, saya lebih senang memberikan uang kepada mereka, karena setidaknya mereka sudah mengeluarkan effort yang sedikit lebih.

Saya sedikit marah dengan pengamen2 itu, bukan saja karena mengusik saya ditengah2 mendengarkan lagu dari VCD player, tapi juga marah karena begitu tidak sopannya mereka terhadap para penumpang. Ingin rasanya memaki2 mereka, namun apalah daya saya tidak berani :)