Sunday, April 12, 2009

Sulitnya menjadi orang Indonesia

Mengapa saya berpikir seperti judul di atas?? Karena hal itulah yang sedang saya alami saat ini. Hidup di tengah orang-orang yang punya budaya basa-basi dan serba ingin tahu sungguh melelahkan. Kadang saya berpikir, kenapa ya orang-orang senang sekali berbasa basi dan selalu ingin tahu urusan orang lain? Termasuk saya, dan akui saja anda pasti pernah juga kan??

Kebiasaan saya kalau bertemu teman yang tidak terlalu dekat, pasti akan menyapa: ”hai, mau kemana” atau kadang saya variasikan menjadi ”abis dari mana?” dan jujur saja sebetulnya saya tidak benar-benar ingin tau dia mau kemana tau dari mana. Itu hanya salahsatu tindakan saya untuk menyelamatkan situasi dari pada garing saling berdiam diri dalam satu lift, atau setidaknya untuk menghindari diri agar tidak dibilang sombong. Seandainya saya kreatif mungkin saya bisa menciptakan pertanyaan-pertanyaan baru yang lebih inovatif, tidak hanya sekedar bertanya mau kemana dan dari mana.

Pertanyaan semacam diatas sebenarnya saya anggap wajar saja, terutama bagi kita yang hidup ditengah orang-orang yang katanya berbudaya ramah. Namun yang menjadi masalah adalah ketika pertanyaan-pertanyaan tersebut berkembang, tidak hanya sekedar basa basi atau ingin tahu, tapi lebih mencampuri urusan orang lain.

”kapan nikah?” ini satu pertanyaan yang sangat annoying buat saya pribadi, khususnya akhir2 ini. Mulai dari tetangga, teman lama, bahkan orang yang baru saya kenal, jika bertemu di suatu event (biasanya pernikahan) pasti pertanyaannya tidak jauh-jauh dari tema pernikahan, dan yang paling sering adalah ”kapan nikah?” atau ”kapan nyusul?”. Saya pikir kalau pun saya sudah menikah mereka tidak akan berhenti bertanya, karena pertanyaan selanjutnya yang mereka akan lontarkan adalah ”kapan punya anak?” kalo sudah punya anak pertanyaan selanjutnya " kok baru satu? kapan buat yang kedua??" sama seperti dulu saya belum lulus kuliah pertanyaan yang sering timbul oleh orang sekitar adalah ”udah lulus belum?” atau ”kapan lulus??” setelah lulus pun saya masih dihujani pertanyaan ”kerja di mana sekarang?” haloo..apakah anda sebegitu ingin tahunya kah urusan orang lain?? No wonder deh mengapa infotainment laku keras di Indonesia.

Sekarang saya sudah kebal dengan pertanyaan ”kapan nikah?” saking seringnya pertanyaan itu mampir ke diri saya. Wajar siiih karena umur saya kan sudah masuk seperempat abad lebih. Umur-umur yang wajar bahkan dianggap harus untuk menikah khususnya buat perempuan, hehehe saya jadi teringat seorang teman yang kelimpungan karena sudah memasuki umur yang sama dengan saya tapi juga belum dapat pasangan. Mulai merasakan Quarter-Life Crisis, hihihi. Saya sih gak terlalu ambil pusing (meski sering kepikiran juga). Bukan, bukan saya tidak ingin menikah. Tapi menikah kan butuh banyak proses dan gak semudah membalikkan telapak tangan, ada begitu banyak persiapan yang harus dilakukan. Dan saya berharap jika saatnya tiba, saya merasa sudah siap menjalaninya.

Friday, March 13, 2009

Facebook oh facebook..

Facebook, salah satu situs jejaring social yang amat naik daun saat ini. Siapa yang tidak kenal? Dimana2 lihat orang lagi sibuk dengan pesbuknya, gak di kantor,gak di rumah sama saja. Mulai dari OB sampai petinggi2 di kantor punya account di FB bahkan gak jarang lihat orang2 di jalan ber-pesbuk ria dengan blackberry nya, begitu juga di rumah mulai kakak2 sampai adik2 semua sibuk main pesbuk, bisa dicela habis2an kalo ketahuan blm punya account di FB (aib banget keknya hehe).

Ya, Saya adalah ciri khas orang Indonesia pada kebanyakan, yang suka ikut-ikutan terhadap sesuatu yang sedang nge-trend. Padahal situs pertemanan ini sudah ada sejak tahun 2004, saya pun sudah mengenalnya sejak 2 tahun lalu, namun belum berminat untuk buka account di FB, karena masih setia dengan Fs. Setelah FB ramai di awal tahun 2009 ini (lagi ngetop-ngetopnya nih), dan akibat desakan orang2 sekitar (sahabat, saudara dan teman lama, dan banyaknya mail yang masuk ke account yahoo saya untuk segera bergabung di FB) maka akhirnya saya menyerah dan ikut membuka account di FB, hahaha..welcome to the club!

Setelah terjun langsung dan memperhatikan aktivitas orang2 di pesbuk sekitar 2 bulan ini, amazing.. Gak nyangka, fesbuk sangat begitu hebat hingga kini semua orang sepertinya tidak bisa lepas dari situs pertemanan tersebut (termasuk saya tentunya). Banyak orang yang memanfaatkan situs jejaring social ini dari untuk sekedar mencari kawan lama maupun baru, sebagai ajang narsis dan menginfokan kegiatan setiap hari, jam bahkan menit, digunakan sebagai media kampanye bagi para caleg maupun lembaga profit dan non profit, hingga mencari pekerjaan melalui profile yang dibuat seperti CV.

Fb memang sedikit banyak membantu banyak orang, seperti saya yang terbantu dipertemukan dengan kawan lama, maupun dengan saudara2 sepupu yang sudah jarang sekali bertemu. Mengetahui aktivitas dan kesibukan sahabat-sahabat maupun teman yang sudah jarang bertemu didunia nyata dan yang berada nun jauh di sana. Menyenangkan juga ketika kita bisa chatting langsung dengan orang yang berada nun jauh di sana, bahkan di negeri antah berantah.

Namun, bukan berarti FB tidak punya kekurangan. Berdasarkan pengamatan saya tidak sedikit pula orang yang dirugikan dari situs yang amat menyita perhatian kita akhir2 ini. Mulai dari pelambanan kerja akibat perhatian sebagian besar terkuras untuk aktivitas di Fb, sampai ada orang yang rela merogoh kocek cukup dalam untuk membeli Blackberry demi agar bisa OL di mana saja dia berada.

Sedikit agak kaget juga, ketika beberapa orang dengan beraninya membeberkan data2nya sampai sedetil-detilnya, mulai dari alamat rumah, jabatan dan tempat pekerjaan, sampai nomor kontaknya tanpa menyadari resiko yang akan timbul di kemudian hari. Sebagian mungkin berfikir untuk diketahui teman2 lama, atau bisa juga untuk arena mencari pekerjaan sebab saya pernah mendengar ada perekrutan sebuah perusahaan melalui CV yang di tampilkan di FB oleh pemiliknya. Namun hal tersebut, bukan hal yang tidak mungkin dapat mengundang kejahatan bagi orang lain. Data-data kita bisa saja dengan mudah digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Thursday, March 05, 2009

Happy ever after

Wah sudah agak lama gak nulis blog, lagi sibuk ngolah data dulu. Saat ini saya sedang melakukan riset tentang “Kepuasan Penonton Terhadap Suatu Program Televisi” dan ada satu item pertanyaan yang menjadi perhatian saya. Pada salah satu pertanyaan dalam kuesioner berbunyi “ Jika anda menonton sebuah film, cerita akhir apa yang mau anda lihat?” dan hampir sebagian besar responden menjawab, tentunya cerita yang “Happy Ending”
Hmm.. saya pun begitu, saya lebih senang melihat film yang cerita akhirnya happy ending bukan yang sad ending, sebab setiap manusia memang selalu menghindari kesedihan, kesengsaraan dan segala sesutu yang membuat hidup ini menjadi tidak menyenangkan. Dan kalau boleh memilih, tidak akan ada yang mau mengalami rasa kehilangan, apa lagi se-extrim kematian yang berarti kehilangan untuk selamanya.
Tapi menurut Prima Rusdi dalam bukunya “Perjalanan Mata dan Hati” nampaknya hidup mencoba mengajarkan siapapun untuk mengenal sisi lain darinya yang tidak selalu manis dan riang gembira.
Hidup tidak pernah membiarkan kita sendirian. Dari detik pertama kita lahir, ia langsung menghadirkan kita di tengah kasih sayang keluarga. Ia lalu mempertemukan kita dengan sejumlah orang yang menjadi sahabat-sahabat kita, dan mempercayai sejumlah orang-orang pintar untuk menjadi guru-guru kita. Ia juga menyediakan alam dan segala isinya untuk kehidupan kita. Hidup juga terus menerus mendidik kita untuk senantiasa menjadi lebih baik. Mungkin itulah sedikit jawaban kenapa terkadang ada sejumlah peristiwa pahit dalam hidup manusia. Karena beberapa peristiwa tak menyenangkan terkadang sering berfungsi mengingatkan kita untuk lebih bisa bersyukur dan berusaha menjalani hidup. Karena tidak akan ada yang pernah tau berapa lama semua hal yang menyenangkan dalam hidup ini akan terus menjadi milik kita. Siapapun dan apapun yang ada di sekitar kita bisa hilang kapan saja.....

Thursday, February 12, 2009

pertemuan tak terduga

Kemarin siang, hari rabu, tak diduga saya bertemu dosen saya di Hero (sekarang Giant) mampang. Karena merasa mengenali, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyapanya. Ternyata saya memang tidak salah orang, beliau memang dosen saya ketika kuliah di Bogor dulu.

Setelah saya menyapa, dosen itu bingung karena tidak mengenali saya. Saya merasa maklum mengapa dosen itu tidak mengenali saya, sebab selama kuliah 4 tahun di Bogor beliau hanya sekali masuk ke kelas kami (KPM’38).

Dulu beliau pernah masuk di kelas MPK (Metode Penelitian Kualitatif) tapi hanya pada hari pertama saja, selebihnya beliau tidak mau masuk lagi. Beliau sepertinya marah (atau ngambek?) karena hampir semua mahasiswanya sukses tidur di kelas karena terbujuk rayuan udara siang.

Waktu itu kita mendapat Mata Kuliah MPK tepat pada pukul 1 siang, kami semua merasa begitu mengantuk dan tidak bersemangat pada hari itu. Entah karena suasananya yang mendukung untuk tidur atau memang karena Mata Kuliahnya yang membosankan? Saya rasa karena suasananya dan pembawaan dosen itu yang bikin ngantuk, sebab setelah dosennya diganti dengan dosen “rusia” itu, suasana kelas jadi berubah. Kami dengan mudah berinteraksi dan berdiskusi dengan dosen yang namanya mirip dengan orang rusia itu. Mata kuliah tersebut menjadi sangat menyenangkan, bahkan hampir sebagian mahasiswa mendapat nilai A.

Sebetulnya saya tidak menyalahkan cara mengajar dosen pertama, karena tiap orang punya cara tersendiri untuk mengajar. Saya sendiri bukan pengajar yang baik (itu diakui oleh praktikan2 saya ketika saya mengajar dulu), meskipun mudah dipahami, akan tetapi menurut praktikan saya cara mengajar saya terlalu cepat, karena saya terbiasa berbicara cepat. Begitu pula dengan dosen yang saya temui di hero kemarin. Mungkin bagi kami yang masih S1 cara mengajar beliau terlalu sulit dimengerti, sebab belia adalah dosen S3 dan terbiasa mengajar S3. Akan tetapi menurut mahasiswa S3 beliau adalah dosen yang sangat kompeten.

Yah itulah relativitas. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat.

Wednesday, February 11, 2009

Finally...

Huaa..hari ini saya senang sekali. Akhirnya saya LULUS perform!! setelah tiga kali gagal, hari ini akhirnya berhasil Lulus. Senang sekali ketika melihat semua orang terhibur dan bertepuk tangan untuk saya.

Tapi, apakah saya kreatif?? tidak!! ide perform hari ini saya dapatkan dari para senior2 saya. thanks to Pak Dadang, Mbak Chichi, dan senior2 di research. Makasih banyak atas ide2 dan dukungannya... Senang sekali, akhirnya kini saya dapat bernafas lega. saya dapat menikmati week end dan hari-hari dengan tenang tanpa di bebani perasaan cemas hohoho..

Tuesday, February 10, 2009

Perform lagi..

Hari ini hari selasa, berarti besok rabu. Itu artinya saya harus menyiapkan perform lagi. Sudah menjadi tradisi di kantor saya bahwa anak baru harus menampilkan sebuah perform yang kelulusannya ditentukan oleh 3 orang dewan juri. Perform dilakukan setelah rapat produksi selesai, dan ditampilkan didepan dirut, kadiv, supervisor dan senior-senior. Performnya bisa menari, bernyanyi, bermain musik, membuat video, drama atau apa saja yang sekiranya dapat menghibur dan mengeluarkan ide kreatif. Bagi yang tidak menghibur dan tidak kreatif alias biasa2 saja maka bisa dipastikan akan mengulang minggu depannya bahkan bisa sampai beberapa bulan ke depan. Saya sendiri sudah 3 kali perform, tapi belum juga berhasil lulus.
“Kreatif” itulah kata kuncinya.
Memang benar, kita hidup memang harus kreatif., kita hidup selalu berhadapan dengan masalah, dan kita butuh ide2 kreatif untuk menghadapi masalah tersebut. Sadar atau tidak, sebetulnya kita semua dilahirkan dengan potensi kreativitas. Sebab salah satu ciri yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain adalah kreativitas kita atau kemampuan kita untuk mencipta.
Seharusnya saya sadar akan hal itu, tapi knapa ya otak ini rasanya mumet untuk mencari ide2 baru buat perform besok??. Mengapa saya tidak bisa begitu kreatif?? Padahal alam pun sudah mengajarkan tentang kreativitas. Bagaimana dari 7 tangga nada dapat menghasilkan sebuah harmonisasi lagu dan musik yang indah, bagaimana kata-kata indah dari sebuah sastra sebetulnya terlahir hanya dari 26 alpabet, atau begitu banyak rumus2 matematika ,kimia, fisika padahal semuanya hanya terdiri dari angka nol sampai sepuluh. Ya, alam mengajarkan kita bahwa kita dapat menciptakan banyak hal dari sumberdaya yang terbatas.
Mungkinkah ide kreatif saya tidak keluar karena berada di bawah tekanan?? Saya terus merasa cemas, jika hari rabu akan datang, sebab itu artinya saya harus perform lagi… aduhduh..jadi makin mules kalo inget perform.huhuhuu..

Sunday, February 08, 2009

Polusi Pikiran

Pada beberapa hari lalu saya sempat bertengkar dengan si "Ndut" yang lucunya pertengkaran itu disebabkan oleh masalah sepele, dan lagi-lagi saya yang memulainya. Hasilnya, kami tidak saling bertegur sapa selama seminggu baik melalui sms maupun telp seperti yang biasa kami lakukan setiap hari.

Jujur sebetulnya saya tidak benar-benar marah pada nya. Saya hanya kesal pada awalnya, namun keesokan harinya saya kembali seperti biasa, tapi entah mengapa saya enggan untuk memulai minta maaf, meski menyadari saya yang salah :) hehe. Si Ndut pernah bilang kalo saya "egois", yaah.. mungkin memang benar saya memang egois, karena saya tidak mau minta maaf lebih dulu hanya karena gengsi. Terkadang saya juga menyebalkan, sering membuat si Ndut kesal, cuek, mau menang sendiri bahkan jarang memberikan hadiah ataupun kejutan-kejutan yang menyenangkan untuk si Ndut.

selain egois saya juga cenderung "defensif" terutama ketika sedang berdebat dan dikritik oleh si Ndut (lagi2 si Ndut, hehehe.. sebab dia adalah sahabat terdekat saya saat ini), sering berfikir "gue gak mungkin salah!" dan saya selalu berjuang mati-matian untuk mencari pembenaran, dan parahnya hal itu justru membuat saya terjebak pada kesalahan yang sama.

yah, itulah saya... seorang manusia biasa yang terkadang tak tahan ketika menerima kritikan, meski saya menyadari bahwa kritikan itu berguna untuk diri saya di masa yang akan datang. Kalo dipikir2 pikiran saya ini sudah banyak tercemar, alias tidak bebas polusi terutama 'egois' dan 'defensif', Tapi saya adalah orang yang mau belajar. saya akan terus berusaha menjadi orang yang tidak egois dan terus berusaha memperbaiki diri. -semoga si Ndut masih tetap setia mengajari saya untuk terus menjadi orang yang lebih baik-

Friday, January 23, 2009

Perjalanan menuju pulang

Sore kmarin dikala saya beranjak pulang kantor, sepert biasa saya menyetop sebuah bis yang kerap lewat di depan kantor saya. Lantas apa bedanya dengan perjalanan2 pulang kantor sebelumnya? yang membedakan adalah bis yang saya tumpangi kali ini adalah full music. musik yang diputar dari VCD player + layar TV yang dapat ditonton oleh seluruh penumpang bis.

Sbetulnya bis semacam ini sudah banyak saya temui, saya pun sudah beberapa kali naik bis seperti ini dan saya anggap biasa2 saja. Musik yang diputar menjadi biasa2 saja karena saya kerapkali mengabaikan dan terlalu asik dengan kesibukan sendiri. Namun sangat berbeda dengan perjalanan saat pulang kantor kmarin, lagu yang diputar menjadi penghibur disela macet dan crowded nya jalan. Saya pun lama kelamaan jadi menikmati lagu yang diputar oleh sang bapak sopir tersebut, meskipun sebetulnya saya kurang suka dengan lagunya. Tapi kalo lama2 didengar enak juga, hehehe...lumayan lah dari pada bete gak ada kerjaan. Jadilah akhirnya saya terhanyut oleh lagu-lagu yang dibawakan oleh ST12.

Ditengah2 asiknya mendengarkan lagu, tiba2 datang 3 orang pengamen (saya pikir sih lebih mirip preman) . Dua orang laki2 dan 1 orang perempuan yang bergaya pakaian ala anak Punk. Perjalanan pun mulai terusik ketika salah satu dari pengamen itu mulai membawakan prolog yang agak mengintimidasi, lebih mirip orang sedang malak ketimbang minta sumbangan untuk mengamen.

Kemudian satu orang mulai memainkan gitar, sedangkan 2 lainnya hanya menepuk tangan sambil bernyanyi dengan suara keras dan fals. lirik lagunya pun gak jauh2 dari mengkritik dan memaki-maki para pejabat dan koruptor. Usai bernyanyi mulailah satu orang menadahkan tangannya satu persatu ke para penumpang. Jika ada penumpang yang tidak memberi kerapkali pengamen tersebut memberi umpatan langsung di depan penumpang tersebut, termasuk kepada ke seorang ibu yang sedang asik menerima telepon.
saya sendiri malas memberikan uang meskipun di dalam tas saya ada recehan. Entah mengapa saya merasa enggan memberikan uang kepada orang2 smacam mereka. Saya lebih senang memberikan uang kepada pengamen yang suaranya enak didengar atau membawakan tembang2 kenangan yang mengingatkan saya pada sesuatu, atau pengamen itu membawakan lagu favorit saya. Ya, saya lebih senang memberikan uang kepada mereka, karena setidaknya mereka sudah mengeluarkan effort yang sedikit lebih.

Saya sedikit marah dengan pengamen2 itu, bukan saja karena mengusik saya ditengah2 mendengarkan lagu dari VCD player, tapi juga marah karena begitu tidak sopannya mereka terhadap para penumpang. Ingin rasanya memaki2 mereka, namun apalah daya saya tidak berani :)